MENDIDIK ANAK DALAM ISLAM
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari isteri-isteri kami dan keturunan kami kesenangan hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." ( QS. Al-Furqan : 74 )
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim: 6 ).
"Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo'akannya." (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
A.
Pendahuluan
Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul termulia, kepada keluarga dan para sahabatnya. Seringkali orang mengatakan: "Negara ini adikuasa, bangsa itu mulia dan kuat, tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau menganeksasinya karena kedigdayaan dan keperkasaannya" . Dan elemen kekuatan adalah kekuatan ekonomi, militer, teknologi dan kebudayaan. Namun, yang terpenting dari ini semua adalah kekuatan manusia, karena manusia adalah sendi yang menjadipusat segala elemen kekuatan lainnya. Tak mungkin senjata dapat dimanfaatkan, meskipun canggih, bila tidak ada orang yang ahli dan pandai menggunakannya. Kekayaan, meskipun melimpah, akan menjadi mubadzir tanpa ada orang yang mengatur dan mendaya-gunakannya untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat. Dari titik tolak ini, kita dapati segala bangsa menaruh perhatian terhadap pembentukan individu, pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan warga secara khusus agar mereka menjadi orang yang berkarya untuk bangsa dan berkhidmat kepada tanah air. Sepatutnya umat Islam memperhatikan pendidikan anak dan pembinaan individu untuk mencapai predikat "umat terbaik", sebagaimana dinyatakan Allah 'Azza Wa lalla dalam firman-Nya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dariyang munkar... ". (Surah Ali Imran : 110).
Dan agar mereka membebaskan diri dari jurang dalam yang mengurung diri mereka, sehingga keadaan mereka dengan umat lainnya seperti yang beritakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: "Hampir saja umat-umat itu mengerumuni kalian bagaikan orang-orang yang sedang makan berkerumun disekitar nampan.". Ada seorang yang bertanya: "Apakah karena kita berjumlah sedikit pada masa itu?" Jawab beliau: "Bahkan kalian pada masa itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih air bah. Allah niscaya mencabut dari hati musuh kalian rasa takut kepada kalian, dan menanamkan rasa kelemahan dalam dada kalian". Seorang bertanya: "Ya Rasulullah, apakah maksud kelemahan itu?" Jawab beliau: "Yaitu cinta kepada dunia dan enggan mati".
Peranan Keluarga
Dalam Islam mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan
masyarakat Islam maupun non-Islam. Karerena keluarga merupakan tempat
pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia
pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Dari sini,
keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga
merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk
mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya. Musuh-musuh Islam telah
menyadari pentingya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam
upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala usaha ntuk
mencapai tujuan itu. Sarana yang mereka pergunakan antara lain:
• Merusak wanita
muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar meninggallkan tugasnya yang utama
dalam menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi.
• Merusak generasi
muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari
keluarga, agar mudah dirusak nantinya.
• Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Sebelum ini, para ulama umat Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orangtua dalam pendidikan mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dari akherat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagai mana binatang temak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa."
Tujuan Pendidikan Dalam Islam Banyak penulis dan peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan individu muslim. Mereka berbicara panjang lebar dan terinci dalam bidang ini, hal yang tentu saja bermanfaat. Apa yang mereka katakan kami ringkaskan sebagai berikut:
"Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan tak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah." (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Mu'atstsirat as Salbiyah fi Tarbiyati at Thiflil Muslim wa Thuruq 'Ilajiha, hal. 76.)
Memperhatikan Anak
Sebelum Lahir
Perhatian kepada anak dimulai pada masa sebelum kelahirannya, dengan memilih isteri yang shalelhah, Rasulullah SAW memberikan nasehat dan pelajaran kepada orang yang hendak berkeluarga dengan bersabda: "Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi" (HR.Al-Bukhari dan Muslim). Begitu pula bagi wanita, hendaknya memilih suami yang sesuai dari orang-orang yang datang melamarnya. Hendaknya mendahulukan laki-laki yang beragama dan berakhlak. Rasulullah memberikan pengarahan kepada para wali dengan bersabda: "Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kawikanlah. Jika tidak kamu lakukan, nisacaya terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar"
Termasuk memperhatikan anak sebelum lahir, mengikuti tuntunan Rasulullah dalam kehidupan rumah tangga kita. Rasulullah memerintahkan kepada kita: "Jika seseorang diantara kamu hendak menggauli isterinya, membaca: "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami". Maka andaikata ditakdirkan keduanya mempunyai anak, niscaya tidak ada syaitan yang dapat mencelakakannya".
Memperhatikan Anak
Ketika Dalam Kandungan
Setiap muslim akan merasa kagum dengan kebesaran Islam. Islam adalah agama kasih sayang dan kebajikan. Sebagaimana Islam memberikan perhatian kepada anak sebelum kejadiannya, seperti dikemukakan tadi, Islam pun memberikan perhatian besar kepada anak ketika masih menjadi janin dalam kandungan ibunya. Islam mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak berpuasa pada bulan Ramadhan untuk kepentingan janin yang dikandungnya. Sabda Rasulullah : "Sesungguhnya Allah membebas~an sepan/h shalat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan) puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil" (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa'i. Kata Al Albani dalam Takhrij al Misykat: "Isnad hadits inijayyid' )
Sang ibu hendaklah berdo'a untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan anak yang shaleh dan baik, bermanfaat bagi kedua orangtua dan seluruh kaum muslimin. Karena termasuk do'a yang dikabulkan adalah do'a orangtua untuk anaknya.
Memperhatikan Anak
Setelah Lahir
Setelah kelahiran
anak, dianjurkan bagi orangtua atau wali dan orang di sekitamya melakukan
hal-hal berikut:
• Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran. Begitu melahirkan, sampaikanlah kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak famili, sehingga semua akan bersuka cita dengan berita gembira ini. Firman Allah 'Azza Wa Jalla tentang kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam bersama malaikat: "Dan isterinya berdiri (di balik tirai lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari lshaq (akan lahir puteranya) Ya 'qub." (Surah Hud : 71). Dan firman Allah tentang kisah Nabi Zakariya 'Alaihissalam: "Kemudian malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu ) Yahya" (Ali Imran: 39). Adapun tahni'ah (ucapan selamat), tidak ada nash khusus dari Rasul dalam hal ini, kecuali apa yang disampaikan Aisyah Radhiyallahu 'Anha: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam apabila dihadapkan kepada beliau anak-anak bayi, maka beliau mendo'akan keberkahan bagi mereka dan mengolesi langit-langit mulutnya (dengan korma atau madu)" (HR Muslim dan Abu Dawud).
Abu Bakar bin Al
Mundzir menuturkan: Diriwayatkan kepada kami dari Hasan Basri, bahwa seorang
laki-laki datang kepadanya sedang ketika itu ada orang yang baru saja mendapat
kelahiran anaknya. Orang tadi berkata: Penunggang kuda menyampaikan selamat
kepadamu. Hasan pun berkata: Dari mana kau tahu apakah dia penunggang kuda atau
himar? Maka orang itu bertanya: Lain apa yang mesti kita ucapkan. Katanya:
Ucapkanlah: "Semoga berkah bagimu dalam anak, yang diberikan kepadamu,
Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dikaruniai kebaikannya, dan dia
mencapai kedewasaannya" ( Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Tuhfatul fi Ahkamil
Maulud.)
• Menyerukan adzan di
telinga bayi. Abu Rafi' Radhiyallahu 'Anhu menuturkan: "Aku melihat
Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan
Fatimah" ( Hadits riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi). Hikmahnya,
Wallahu A'lam, supaya adzan yang berisi pengagungan Allah dan dua kalimat
syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga bayi. Juga
sebagai perisai bagi anak, karena adzan berpengaruh untuk mengusir dan
menjauhkan syaitan dari bayi yang baru lahir, yang ia senantiasa berupaya untuk
mengganggu dan mencelakakannya. Ini sesuai dengan pemyataan hadits: "Jika
diserukan adzan untuk shalat, syaitan lari terbirit-birit dengan mengeluarkan
kentut sampai tidak mendengar seruan adzan" (Ibid)
• Tahnik (Mengolesi
langit-langit mulut). Termasuk sunnah yang seyogianya dilakukan pada saat
menerima kelahiran bayi adalah tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan
dikunyah atau menghaluskannya dengan cara yang sesuai lalu dioleskan di
langit-langit mulut bayi. Caranya,dengan menaruh sebagian korma yang sudah
lembut di ujung jari lain dimasukkan ke dalam mulut bayi dan digerakkan dengan
lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata. Jika tidak ada korma, maka diolesi
dengan sesuatu yang manis (seperti madu atau gula). Abu Musa menuturkan: "Ketika
aku dikaruniai seorang anak laki-laki, aku datang kepada Nabi, maka beliau
menamainya Ibrahim, mentahniknya dengan korma dan mendo'akan keberkahan
baginya, kemudian menyerahkan kepadaku". Tahnik mempunyai pengaruh
kesehatan sebagaimana dikatakan para dokter. Dr. Faruq Masahil dalam tulisan
beliau yang dimuat majalah Al Ummah, Qatar, edisi 50, menyebutkan: "Tahnik
dengan ukuran apapun merupakan mu'jizat Nabi dalam bidang kedokteran selama
empat belas abad, agar umat manusia mengenal tujuan dan hikmah di baliknya.
Para dokter telah membuktikan bahwa semua anak kecil (terutama yang baru lahir
dan menyusu) terancam kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal: Jika
kekurangan jumlah gula dalam darah (karena kelaparan). Jika suhu badannya
menurun ketika kena udara dingin di sekelilingnya."'
• Memberi nama. Termasuk hak seorang anak terhadap
orangtua adalah memberi nama yang baik. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats'ami
bahwa Rasulullah bersabda: "Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat
disukai Allah Ta'ala yaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling
manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah"
(HR. Abu Daud An Nasa'i). Pemberian nama merupakan hak bapak. Tetapi boleh
baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga diserahkan kepada kakek,
nenek, atau selain mereka. Rasulullah merasa optimis dengan nama-nama yang
baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bi Ahkami Maulud, bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam tatkala melihat Suhail bin Amr datang
pada hari Perjanjian Hudaibiyah beliau bersabda: "Semoga mudah
urusanmu" Dalam suatu perjalanan beliau mendapatkan dua buah gunung, lain
beliau bertanya tentang namanya. Ketika diberitahu namanya Makhez dan Fadhih,
beliaupun berbelok arah dan tidak melaluinya. (Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul
Wadud, hal. 41.) Termasuk tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek dengan nama
yang baik. Beliau pernah mengganti nama seseorang 'Ashiyah dengan Jamilah,
Ashram dengan Zur'ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan: "Nabi
mengganti nama 'Ashi, 'Aziz, Ghaflah, Syaithan, Al Hakam dan Ghurab. Beliau
mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam, Al Mudhtaji' dengan Al
Munba'its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau), Kampung Dhalalah
(Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu Zanyah (Anak keturunan
haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk)." (Ibid)
• Aqiqah. Yaitu kambing yang disembelih untuk bayi
pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan
Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya: Rasulullah bersabda: "Setiap anak
membawa aqiqah, maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya"
(HR. Al Bukhari.) Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, bahwaRasulullah bersabda:
"Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk
anak perempuan seekor kambing" (HR. Ahmad dan Turmudzi). Aqiqah
merupakah sunnah yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para
ulama. Adapun waktu penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun,
jika tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja,
Wallahu A'lam. Ketentuan kambing yang bisa untuk aqiqah sama dengan yang
ditentukan untuk kurban. Dari jenis domba berumur tidak kurang dari 6 bulan,
sedang dari jenis kambing kacang berumur tidak kurang dari 1 tahun, dan harus
bebas dari cacat.
• Mencukur rambut
bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya. Hal ini mempunyai banyak
faedah, antara lain: mencukur rambut bayi dapat memperkuat kepala, membuka
pori-pori di samping memperkuat indera penglihatan, pendengaran dan penciuman.
(Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1.) Bersedekah perak
seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas. Diriwayatkan dari
Ja'far bin Muhammad, dari bapaknya, katanya: "Fatimah Radhiyalllahu
'anha menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum; lalu ia
mengeluarkan sedekah berupa perak seberat timbangannya (HR. Imam Malik
dalam Al Muwaththa')
• Khitan Yaitu
memotong kulup atau bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau
bagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Rasulullah bersabda:
"Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis,
memotong kuku, mencabut bulu ketiak" (HR. Al-bukhari, Muslim) Khitan wajib
hukumnya bagi kaum pria, dan rnustahab (dianjurkar) bagi kaum wanita.
Inilah beberapa etika
terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orangtua atau pada
saat-saat pertama dari kelahiran anak. Namun, di sana ada beberapa kesalahan
yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antara lain:
• Membacakan ayat
tertentu dari Al Qur'an untuk wanita yang akan melahirkan; atau menulisnya lalu
dikalungkan pada wanita, atau menulisnya lalu dihapus dengan air dan diminumkan
kepada wanita itu atau dibasuhkan pada perut dan farji (kemaluan)nya agar
dimudahkan dalam melahirkan. ltu semua adalah batil, tidak ada dasamya yang
shahih dari Rasulullah, Akan tetapi bagi wanita yang sedang menahan rasa sakit
karena melahirkan wajib berserah diri kepada Allah agar diringankan dari rasa
sakit dan dibebaskan dari kesulitannya Dan ini tidak bertentangan dengan ruqyah
yang disyariatkan.
• Menyambut gembira dan merasa senang dengan kelahiran anak laki-laki, bukan anak perempuan. Hal ini termasuk adat Jahiliyah yang dimusuhi Islam. Firman Allah yang berkenaan dengan mereka: "Apabila seseorang dari merea diberi kabar dengan (kelahiran) anak, perempuan, hitamlah (merah padamlah) matanya, dan dia sangat marah; ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan padanya. Apakah dia akan memeliharannya dengan menanggumg kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang telah mereka lakukan itu" (Surah An Nahl : 58-59).
Mungkin ada sebagian orang bodoh yang bersikap
berlebihan dalam hal ini dan memarahi isterinya karena tidak melahirkan kecuali
anak perempuan. Mungkin pula menceraikan isterinya karena hal itu, padahal
kalau dia menggunakan akalnya, semuanya berada di tangan Allah 'Azza wa lalla.
Dialah yang memberi dan menolak. Firman-Nya: Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki atau Dia
menganugerahkan kepada siapa yang dia kehendaki-Nya, dan dia menjadikan Mandul
siapa yang Dia kehendaki…" (Surah Asy Syura :49-50). Semoga Allah
memberikan petunjukkepada seluruh kaum Muslimin.
• Menamai anak dengan nama yang tidak pantas. Misalnya,
nama yang bermakna jelek, atau nama orang-orang yang menyimpang seperti
penyanyi atau tokoh kafir. Padahal menamai anak dengan nama yang baik merupakan
hak anak yang wajib atas walinya. Termasuk kesalahan yang berkaitan dengan
pemberian nama, yaitu ditangguhkan sampai setelah seminggu.
• Tidak menyembelih aqiqah untuk anak padahal mampu
melakukannya. Aqiqah merupakan tuntunan Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam, dan
mengikuti tuntunan beliau adalah sumber segala kebaikan.
• Tidak menetapi jumlah bilangan yang ditentukan untuk
aqiqah. Ada yang mengundang untuk acara aqiqah semua kenalannya dengan
menyembelih 20 ekor kambing, ini merupakan tindakan berlebihan yang tidak
disyariatkan. Ada pula yang kurang dari jumlah bilangan yang ditentukan, dengan
menyembelih hanya seekor kambing untuk anak iaki-laki, inipun menyalahi yang
disyariatkan. Maka hendaklah kita menetapi sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi
wasalam tanpa menambah ataupun mengurangi.
• Menunda khitan setelah akil baligh. Tradisi ini dulu
terjadi pada beberapa suku, seorang anak dikhitan sebelum kawin dengan cara
yang biadab di hadapan orang banyak.
Itulah sebagian kesalahan, dan masih banyak lainnya. Semoga cukup bagi kita dengan menyebutkan etika dan tata cara yang dituntunkan ketika menerima kelahiran anak. Karena apapun yang bertentangan dengan hal-hal tersebut, termasuk kesalahan yang tidak disyariatkan. (Disarikan dari kitab Adab Istiqbal al Maulud fil Islam, oleh ustadz Yusuf Abdullah al Arifi)
Memperhatikan Anak
Pada Usia Enam Tahun Pertama
Periode pertama dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama) merupakan periode yang amat kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apapun yang terekam dalam benak anak pada periede ini, nanti akan tampak pengaruh-pengaruhnya dengannyata pada kepribadiannya ketika menjadi dewasa. (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Muatstsirat as Salbiyah.) Karena itu, para pendidik perlu memberikan banyak perhatian pada pendidikan anak dalam periode ini. Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh kedua orangtua dapat kami ringkaskan sebagai berikut:
• Memberikan kasih sayang yang diperlukan anak dari
pihak kedua orangtua, terutama ibu. Ini perlu sekali, agar anak belajar
mencintai orang lain. Jika anak tidak merasakan cintakasih ini, maka akan
tumbuh mencintai dirinya sendiri saja dan membenci orang disekitamya. "Seorang
ibu yang muslimah harus menyadari bahwa tidak ada suatu apapun yang mesti
menghalanginya untuk memberikan kepada anak kebutuhan alaminya berupa kasih
sayang dan perlindungan. Dia akan merusak seluruh eksistensi anak, jika tidak
memberikan haknya dalam perasaan-perasaan ini, yang dikaruniakan Allah dengan
rahmat dan hikmah-Nya dalam diri ibu, yang memancar dengan sendirinya untuk
memenuhi kebutuhan anak." (Muhammad Quthub, Manhaiut Tarbiyah Al
Islamiyah, juz 2.) Maka sang ibu hendaklah senantiasa memperhatikan hal ini dan
tidak sibuk dengan kegiatan karir di luar rumah, perselisihan dengan suami atau
kesibukan lainnya.
• Membiasakan anak berdisiplin mulai dari bulan-bulan
pertama dari awal kehidupannya. Kami kira, ini bukan sesuatu yang tidak
mungkin. Telah terbukti bahwa membiasakan anak untuk menyusu dan buang hajat
pada waktu-waktu tertentu dan tetap, sesuatu yang mungkin meskipun melalui
usaha yang berulang kali sehingga motorik tubuh akan terbiasa dan terlatih
dengan hal ini. Kedisiplinan akan tumbuh dan bertambah sesuai dengan
pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya
pada masa mendatang.
• Hendaklah kedua orangtua menjadi teladan yang baik
bagi anak dari permulaan kehidupannya. Yaitu dengan menetapi manhaj Islam dalam
perilaku mereka secara umum dan dalam pergaulannya dengan anak secara khusus.
Jangan mengira karena anak masih kecil dan tidak mengerti apa yang tejadi di
sekitarnya, sehingga kedua orangtua melakukan tindakan-tindakan yang salah di
hadapannya. Ini mempunyai pengaruh yang besar sekali pada pribadi anak.
"Karena kemampuan anak untuk menangkap, dengan sadar atau tidak, adalah
besar sekali. Terkadang melebihi apa yang kita duga. Sementara kita melihatnya
sebagai makhluk kecil yang tidak tahu dan tidak mengerti. Memang, sekalipun ia
tidak mengetahui apa yang dilihatnya, itu semua berpengaruh baginya. Sebab, di
sana ada dua alat yang sangat peka sekali dalam diri anak yaitu alat penangkap
dan alat peniru, meski kesadarannya mungkin terlambat sedikit atau banyak. Akan
tetapi hal ini tidak dapat merubah sesuatu sedikitpun. Anak akan menangkap
secara tidak sadar, atau tanpa kesadaran puma, dan akan meniru secara tidak
sadar, atau tanpa kesadaran purna, segala yang dilihat atau didengar di
sekitamya." (Ibid.)
• Anak dibiasakan dengan etiket umum yang mesti
dilakukan dalam pergaulannya. Antara lain: (Silahkan lihat Ahmad Iuuddin Al
Bayanuni, MinhajAt Tarbiyah Ash Shalihah.)
o Dibiasakan mengambil, memberi, makan dan minum
dengan tangan kanan. Jika makan dengan tangan kiri, diperingatkan dan
dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara halus.
o Dibiasakan
mendahulukan bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau
lainnya memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai dari kiri.
o Dilarang tidur
tertelungkup dandibiasakan •tidur dengan miring ke kanan.
o Dihindarkan tidak
memakai pakaian atau celana yang pendek, agar anak tumbuh dengan kesadaran
menutup aurat dan malu membukanya.
o Dicegah menghisap
jari dan menggigit kukunya.
o Dibiasakan
sederhana dalam makan dan minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
o Dilarang bermain
dengan hidungnya.
o Dibiasakan membaca
Bismillah ketika hendak makan.
o Dibiasakan untuk
mengambil makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum orang lain.
o Tidak memandang
dengan tajam kepada makanan maupun kepada orang yang makan.
o Dibiasakan tidak
makan dengan tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan dengan baik.
o Dibiasakan memakan
makanan yang ada dan tidak mengingini yang tidak ada.
o Dibiasakan
kebersihan mulut denganmenggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, sebelum
tidur, dan sehabis bangun tidur.
o Dididik untuk mendahulukan
orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi, dengan dibiasakan agar
menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya yang masih kecil, dan anak-anak
tetangga jika mereka melihatnya sedang menikmati sesuatu makanan atau
permainan.
o Dibiasakan
mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari.
o Dibiasakan membaca
"Alhamdulillah" jika bersin, dan mengatakan "Yarhamukallah"
kepada orang yang bersin jika membaca "Alhamdulillah".
o Supaya menahan
mulut dan menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
o Dibiasakan
berterima kasih jika mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
o Tidak memanggil ibu
dan bapak dengan namanya, tetapi dibiasakan memanggil dengan kata-kata: Ummi
(Ibu), dan Abi (Bapak).
o Ketika berjalan
jangan mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih tua darinya, dan tidak
memasuki tempat lebih dahulu dari keduanya untuk menghormati mereka.
o Dibiasakan bejalan
kaki pada trotoar, bukan di tengah jalan.
o Tidak membuang
sampah dijalanan, bahkan menjauhkan kotoran darinya.
o Mengucapkan salam
dengan sopan kepada orang yang dijumpainya dengan mengatakan "Assalamu
'Alaikum" serta membalas salam orang yang mengucapkannya.
o Diajari kata-kata
yang benar dan dibiasakan dengan bahasa yang baik.
o Dibiasakan menuruti
perintah orangtua atau siapa saja yang lebih besar darinya, jika disuruh
sesuatu yang diperbolehkan.
o Bila membantah
diperingatkan supaya kembali kepada kebenaran dengan suka rela, jika
memungkinkan. Tapi kalau tidak, dipaksa untuk menerima kebenaran, karena hal
ini lebih baik daripada tetap membantah dan membandel.
o Hendaknya kedua
orangtua mengucapkan terima kasih kepada anak jika menuruti perintah dan
menjauhi larangan. Bisa juga sekali-kali memberikan hadiah yang disenangi
berupa makanan, mainan atau diajak jalan-jalan.
o Tidak dilarang
bermain selama masih aman, seperti bermain dengan pasir dan permainan yang
diperbolehkan, sekalipun menyebabkan bajunya kotor. Karena permainan pada
periode ini penting sekali untuk pembentukan jasmani dan akal anak.
o Ditanamkan kepada
anak agar senang pada alat permainan yang dibolehkan seperti bola,
mobil-mobilan, miniatur pesawat terbang, dan lain-lainnya. Dan ditanamkan
kepadanya agar membenci alat permainan yang mempunyai bentuk terlarang seperti
manusia dan hewan.
o Dibiasakan menghormati milik orang lain, dengan tidak mengambil permainan ataupun makanan orang lain, sekalipun permainan atau makanan saudaranya sendiri.
Memperhatikan Anak
Pada Usia Setelah Enam Tahun Pertama
Pada periode ini anak menjadi lebih siap untuk belajar secara teratur. Ia mau menerima pengarahan lebih banyak, dan lebih bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman sepermainannya. Dapat kita katakan, pada periode ini anak lebih mengerti dan lebih semangat untuk belajar dan memperoleh ketrampilan-ketrampilan, karenanya ia bisa diarahkan secara langsung. Oleh sebab itu, masa ini termasuk masa yang paling penting dalam pendidikan dan pengarahan anak. Kita, Insya Allah, akan membicarakan tentang aspek-aspek terpenting yang perlu diperhatikan oleh para pendidik pada periode ini. Yaitu:
1. Pengenalan Allah
dengan cara yang sederhana. Pada periode ini dikenalkan kepada anak tentang
Allah 'Azza Wajalla dengan cara yang sesuai dengan pengertian dan tingkat
pemikirannya. Diajarkan kepadanya:
• Bahwa Allah Esa, tiada sekutu bagi-Nya.
• Bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu. Pencipta
langit, bumi, manusia, hewan, pohon-pohonan, sungai dan lain-lainnya. Pendidik
dapat memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya kepada anak, misalnya ketika
bejalan-jalan di taman atau padang, tentang siapakah Pencipta air,
sungai,bumi,pepohonan dan lain-lainnya, untuk menggugah perhatiannya kepada
keagungan Allah.
• Cinta kepada Allah, dengan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah untuknya dan untuk keluarganya. Misalnya, anak ditanya: Siapakah yang memberimu pendengaran, penglihatan dan akal? Siapakah yang memberimu kekuatan dan kemampuan untuk bergerak? Siapakah yang memberi rizki dan makanan untukmu dan keluargamu? Demikianlah, ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang nyata dan dianjurkan agar cinta dan syukur kepada Allah atas nikmat yang banyak ini. Metode ini disebutkan dalam Al Qur'an, dalam banyak ayat Allah menggugah minat para hamba-Nya agar memperhatikan segala nikmat yang dikaruniakan-Nya, seperti firman-Nya: "Tidakkah kamu perhatian sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempumakan untukmu nikmatnya lahir dan batin..."(Surah Luqman : 20). "Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepadamu dari langit dan bumi...."(Surah Fathir :3). Dan dengan rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dai karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepadan-Nya." (Surah Al Qashash : 73).
2. Pengajaran sebagian hukum yang jelas dan tentang halal-haram. Diajarkan kepada anak menutup aurat, berwudhu, hukum-hukum thaharah (bersuci) dan pelaksanaan shalat. Juga dilarang dari hal-hal yang haram, dusta, adu domba, mencuri dan melihat kepada yang diharamkan Allah. Pokoknya, disuruh menetapi syariat Allah sebagaimana orang dewasa dan dicegah dari apa yang dilarang sebagaimana orang dewasa, sehingga anak akan tumbuh demikian dan menjadi terbiasa. Karena bila semenjak kecil anak dibiasakan dengan sesuatu, maka kalau sudah dewasa akan menjadi kebiasaannya. Agar diupayakan pula pengajaran ilmu pengetahuan kepada anak, sebagaimana kata Sufyan Al Tsauri: "Seorang bapak harus menanamkan ilmu pada anaknya, karena dia pmanggung jawabnya." (Muhammad Hasan Musa, Nuzharul Fudhala' Tahdzib Siar A'lamin Nubala :Juz 1.)
3. Pengajaran baca Al Qur'an. Al Qur'an adalah jalan lurus yang tak mengandung suatu kebatilan apapun. Maka amat baik jika anak dibiasakan membaca Al Qu~an dengan benar, dan diupayakan semaksimalnya agar mengbafal Al Qur'an atau sebagian besar darinya dengan diberi dorongan melalui berbagaicara. Karena itu, kedua orangtua bendaklah berusaha agar putera puterinya masuk pada salah satu sekoiah tahfizh Al Qur'an; kalau tidak bisa, diusahakan masuk pada salah satu halaqah tahfizh. Diriwayatkan Abu Dawud dari Mu'adz bin Anas bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda: "Barang siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat mengenakan kepada keda orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini". Para salaf dahulu pun sangat memperhatikan pendidikan tahfizh Al Qur'an bagi anak-anak mereka. Syaikh Yasin bin Yusuf Al Marakisyi menceritakan kepada kita tentang imam An Nawawi, Rahimahullah, katanya: "Aku melihat beliau ketika masih berumur 10 tahun di Nawa. Para anak kecil tidak mau bermain dengannya dan iapun berlari dari mereka seraya menangis, kemudian ia membaca Al Qur'an. Maka tertanamlah dalam hatiku rasa cinta kepadanya. Ketika itu bapaknya menugasinya menjaga toko, tetapi ia tidak mau bejualan dan menyibukkan diri dengan Al Qur'an. Maka aku datangi gurunya dan berpesan kepadanya bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang yang paling alim dan zuhud pada zamannya serta bermanfaat bagi umat manusia. Ia pun berkata kepadaku: Tukang ramalkah Anda? Jawabku: Tidak, tetapi Allah-lah yang membuatku berbicara tentang hal ini. Bapak guru itu kemudian menceritakan kepada orangtuanya, sehingga memperhatikan beliau dengan sungguh-sungguh sampai dapat khatam Al Qur'an ketika menginjak dewasa."
4. Pengajaran hak-hak kedua orangtua Diajarkan kepada anak untuk bersikap hormat, taat dan berbuat baik kepada kedua orangtua, sehingga terdidik dan terbiasa demikian. Anak sering bersikap durhaka dan melanggar hak-hak orangtua disebabkan karena kurangnya perhatian orangtua dalam mendidik anak dan tidak membiasakannya berbuat kebaikan sejak usia dini. Firman Allah Ta'ala : 'Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesanyangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Surah Al-Isra': 23-24). Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi bersabda: "Terhinalah, terhinalah, dan terhinalah seseorang yang mendapatkan salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya berusia lanjut, tetapi tidak dapat masuk surga"
Berikut ini kisah seorang anak muda yang berbuat baik kepada bapaknya, disebutkan dalam kitab 'Uyunul Akhbar : "Al Ma'mun rahimahullah berkata: Belum pernah saya melihat seseorang yang amat berbuat baik kepada bapaknya daripada Al Fadhl bin Yahya. Karena kebaikannya, sampai bapaknya (Yahya) tidak berwudhu kecuali dengan air hangat. Ketika keduanya berada dalam penjara, para sipir melarang memasukkan kayu bakar di malam yang dingin. Maka Al Fadhl, ketika bapaknya tidur, bangun mengambil teko yang biasa dia pergunakan untuk memanaskan air, lalu ia isi air dan ia dekatkan pada api lampu. Ia pun tetap berdiri memegangi teko sampai pagi. Ia lakukan hal ini untuk berbuat baik kepada bapaknya agar dapat berwudhu dengan air hangat."
5. Pengenalan tokoh-tokoh teladan yang agung dalam Islam. Tokoh teladan kita yang utama yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam, kemudian para sahabat yang mulia Radhiallahu 'Anhum dan pengikut mereka dengan baik yang menjadi contoh terindah dalam segala aspek kehidupan. Maka dikenalkan kepada anak tentang mereka, diajarkan sejarah dan kisah mereka supaya meneladani perbuatan agung mereka dan mencontoh sifat baik mereka seperti keberanian, keprajuritan, kejujuran, kesabaran, kemuliaan, keteguhan pada kebenaran dan sifat-sifat lainnya. Kisah atau kejadian yang diceritakan kepada anak hendaklah sesuai dengan tingkat pengertiannya, tidak membosankan, dan difokuskan pada penampilan serta penjelasan aspek-aspek yang baik saja sehingga mudah diterima oleh anak. Misalnya, diceritakan kepada anak kisah Rasulullah bersama orang Yahudi yang menuntut kepada beliau agar membayar uang pinjamannya, sebagai contoh akhlak baik beliau: Diriwayatkan bahwa ada seorang Yahudi yang meminjamkan uang kepada Rasulullah lalu hendak menagih hutangnya sebelum habis masanya. Maka dicegatnya Rasulullah di tengah jalan kota Madinah seraya berkata: "Sungguh, kalian anak keturunan Abdul Muthalib adalah orang-orang yang suka menangguhkan bayar hutang)" Umar pun melihat kejadian itu dan amat marah, lalu berkata: "Izinkanlah aku wahai Rasulullah, biar kupenggal lehernya!" Tapi Nabi bersabda: "Aku dan kawanku sangat tidak menginginkan hal itu, wahai Umar. Suruhlah ia berperkara dengan baik dan suruhlah aku menyelesaikan dengan baik." Kemudian beliau berpaling kepada orang Yahudi dan bersabda: "Hai Yahudi, piutangmu akan dibayarkan besok." Contoh kisah tentang keberanian dan ketabahan, diriwayatkan oleh Mu'adz bin Amr katanya: Pada waktu Perang Badar kujadikan Abu Jahal sebagai sasaranku. Begitu ada kesempatan, aku serang dia dan kupukul sehingga terpotong separuh betis kakinya. Sementara, anaknya Ikrimah bin Abu Jahal memukulku pada lengan hingga terputus tanganku tetapi masih menempel dengan kulit pada sisiku. Namun peperangan membuatku tak perduli dengannya, karena aku ketika itu berperang sepanjang hari sambil menyeret tanganku dibelakang. Setelah terasa sakit karenanya, kuletakkan kakiku di atasnya lalu kutarik hingga terputus." Sejarah umat Islam penuh dengan tokoh-tokoh agung dan kisah-kisah menarik yang menunjukkan keutamaan dan makna yang indah.
6. Pengajaran etiket umum. Seperti etiket mengucapkan salam dan meminta izin, etiket berpakaian, makan dan nninum, etiket berbicara dan bergaul dengan orang lain. Juga diajarkan bagaimana bergaul dengan kedua orangtua, sanak famili yang tua, kolega orang tua, guru-gurunya, kawan-kawannya dan teman sepermainannya. Diajarkan pula mengatur kamamya sendiri, menjaga kebersihan rumah, menyusun alat bermain, bagaimana bermain tanpa mengganggu orang lain dan bagaimana bertingkah laku di masjid dan disekolahan. Pegajaran berbagai hal di atas dan juga lainnya pertama-tama harus bersumber kepada Sunnah Rasulullah, lalu peri kehidupan para salaf yang shaleh, kemudian karya tulis para pakar dalam bidang pendidikan dan tata pergaulan.
7. Pengembangan rasa percaya diri dan tanggung jawab dalam diri anak. Anak-anak sekarang ini adalah pemimpin hari esok. Karena itu, harus dipersiapkan dan dilatih mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang nantinya akan mereka lakukan. Hal itu bisa direalisasikan dalam diri anak melalui pembinaan rasa percaya diri, penghargaan jati dirinya, dan diberikan kepada anak kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya dan apa yang terbetik dalam pikirannya, serta diberikan kepadanya dorongan agar mengerjakan urusannya sendiri, bahkan ditugasi dengan pekejaan rumah tangga yang sesuai untuknya. Misalnya, disuruh untuk membeli beberapa keperluan rumah dari warung terdekat; anak perempuan diberi tugas mencuci piring dan gelas atau mengasuh adik. Pemberian tugas kepada anak ini bertahap sedikit demi sedikit sehingga mereka terbiasa mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang sesuai bagi mereka. Termasuk pemberian tanggung jawab kepada anak, ia harus menanggung resiko perbuatan yang dilakukannya. Maka diajarkan kepada anak bahwa ia bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya serta dituntut untuk memperbaiki apa yang telah dirusaknya dan meminta maaf atas kesalahannya. Perhatikan kisah berikut yang menunjukkan rasa percaya diri: Diriwayatkan oleh Al Hafizh Ibnu Asakir, ketika Abdullah bin Az Zubair sedang bernain-main dengan anak-anak sebayanya, lewatlah khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhtr. Maka larilah semua anak karena takut kepada beliau, kecuali Abdullah bin Az Zubair yang masih tinggal di tempat. Lalu Umar menghampirinya dan bertanya kepadanya: "Kenapa kamu tidak lari bersama teman-temanmu nak?" Dengan berani dan tenang Abdullah menjawab: "Ya Amirul Mu'minin! Aku bukan seorang yang bersalah sehingga harus takut, dan jalan pun tidak sempit sehingga aku harus minggir. Seorang anak jika terdidik untuk percaya diri akan mampu mengemban tanggung jawab yang besar. Sebagaimana putera-putera para sahabat, mereka berusaha sungguh-sungguh agar dapat ikut bersama para mujahidin Fisabilillah; sampai salah seorang di antara mereka ada yang menangis karena Rasulullah belum mengizinkannya ikut berperang bersama pasukan, tetapi karena simpati terhadapnya beliau pun mengizinkannya; dan akhimya ia termasuk salah satu syuhada dalam peperangan itu. Rasulullah juga pernah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan yang di antara anggotanya terdapat Abu Bakar dan Umar, sekalipun masih muda belia tetapi ia orang yang tepat untuk jabatan itu. Lalu, di manakah anak-anak kita sekarang ini yang mampu menduduki puncak yang tinggi?
Memperhatikan Anak
Pada Masa Remaja
Pada masa ini pertumbuhan jasmani anak menjadi cepat, wawasan akalnya bertambah luas, emosinya menjadi kuat dan semakin keras, serta naluri seksualnya pun mulaibangkit. Masa ini merupakan pendahuluan masa baligh.Karena itu, para pendidik perlu memberikan perhatian terhadap masalah-masalah berikut dalam menghadapi remaja:
• Hendaknya anak,
putera maupun puteri, merasa bahwa dirinya sudah dewasa karena ia sendiri
menuntut supaya diperlakukan sebagai orang dewasa, bukan sebagai anak kecil
lagi.
• Diajarkan kepada
anak hukum-hukum akilbaligh dan diceritakan kepadanya kisah-kisah yang dapat
mengembangkan dalam dirinya sikap takwa dan menjauhkan diri dari hal yang
haram.
• Diberikan dorongan
untuk ikut serta melaksanakan tugas-tugas rumah tangga, seperti melakukan
pekerjaan yang membuatnya merasa bahwa dia sudah besar.
• Berupaya mengawasi anak dan menyibukkan waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat serta mancarikan teman yang baik.
Beberapa Kesalahan
Para Pendidik Berikut ini sebagian kesalahan yang sering dilakukan oleh para
pendidik. Semoga Allah memberikan maunah (pertolongan)-Nya kepada kita untuk
dapat menjauhinya dan menunjukkan kita kepada kebenaran.
• Ucapan pendidik
tidak sesuai dengan perbuatan. Ini merupakan kesalahan terpenting karena anak
belajar dari orangtua beberapa hal. tetapi ternyata bertentangan dengan apa
yang telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan
perilaku anak. Allah Azza Wa Jalla mencela perbuatan ini dengan firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu kerjakan" (Surah AshShaff:2-3). Bagaimana anak akan belajar
kejujuran kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan
belajar sifat amanah sementara ia melihat bapaknya menipu? Bagaimana anak akan
belajar akhlak baik bila orang sekitamya suka mengejek, berkata jelek dan
berakhlak buruk?
• Kedua orangtua
tidak sepakat atas cara tertentu dalam pendidikan anak. Kadangkala seorang anak
melakukan perbuatan tertentu di hadapan kedua orangtua. tetapi akibatnya sang
ibu memuji dan mendorong sedang sang bapak memperingatkan dan mengancam. Anak
akhimya menjadi bingung mana yang benar dan mana yang salah di antara keduanya.
Dengan pengertiannya yang masih terbatas, ia belum mampu membedakan mana yang
benar dan yang salah sehingga hal itu akan mengakibatkan anak menjadi bimbang
dan segala urusan tidak jelas baginya. Sementara, kalau kedua orangtua
mempunyai cara yang sama dan tidak memujukkan perbedaan ini, niscaya tidak
terjadi kerancuan tersebut.
• Membiarkan anak
jadi korban televisi. Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam
perilaku dan perbuatan anak dan media paling berbahaya adalah televisi. Hampir
tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian
luas terhadap anak maupun orang dawasa, terhadap orang-orang berpengetahuan
maupun yang terbatas pengetahuannya Plomery, seorang peneliti mengatakan: "Anak
pada umumnya, dan kebanyakan orang dewasa, cenderung menerima.tanpa
mempertanyakan segala informasi yang tampil di film-film dan kelihatan
realistis. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik ...
maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu.
Banyak pendidik yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan
menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak dan fithrah
mereka, sampai apa yang dinamakan dengan acara anak-anak punpenuh dengan
pemikiran-pemikiran keji yang diperoleh anak melalui acara yang ditayangkan.
Banyak film kartun yang berisi kisah cinta dan roman ... sampai diantara anjing
atau binatang lainnya. Tidakkah Anda melihat bagaimana seekor kucing betina
dalam acara itu - ditampilkan sangat anggun ... berdandan dengan bulu mata
panjang dan mata yang bercelak indah ... serta buah dada yang montok ...
berlenggak lenggok untuk menggaet hati sang kucing jantan." Penampilan
perang tanding untuk wanita, juga mabuk-mabukan merokok, mencuri, melakukan
tipu muslihat, berdusta dan sifat-sifat lainnya yang tidak sopan... Tayangan
ini semua menyerbu dunia anak dan menodai fithrah yang suci dengan dalih acara
anak-anak". Oleh karena itu anak-anak kita harus dilindungi dari perangkat
yang merusak ini. Hal ini, tak diragukan lagi, bukan sesuatu yang mudah tetapi
juga tidak mustahil, jika kita ingin menjaga akhlak putera-puteri kita dan
mempersiapkan mereka untuk mengemban misi agama dan umat. Semoga Allah
melimpahkan ma'unah-Nya kepada kita.
• Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada
pembantu atau pengasuh. Kesalahan yang amat serius danbanyak tejadi di
masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah
dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan
anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering mengadakan
kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan dan tidak mau
menangani langsung urusan anak. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap kejiwaan
anak dan nilai-nilai yang diserapnya Sebab, "Anak kecil adalah orang
pertama yang dirugikan dengan keluamya ibu dari rumah untuk berkarir. Ia akan
kehiLangan kasih sayang, sebab sang ibu membiarkannya dalam perawatan wanita
lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan. Dan bagaimanapun,
anak akan kehilangan kasih sayang ibu. Ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan
anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang. jika anak
miskin kasih sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap para anggota
masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup dalam kehancuran, keretakan dan
kekerasan. Teryata, orang lain tidak menaruh perhatian untuk membina anak dan
mendidiknya berakhlak mulia sebagaimana yang dilakukan keluarganya. Hal ini
mendatangkan mala petaka bagi anak dan masyarakat." Terkadang pembantunya
adalah orang kafir, akibatnya si anak pun terpengaruh dengan akidah yang
menyimpang atau akhlak yang rusak yang didapatkan darinya. Maka, jika kita
terpaksa mengambil pembantu, usahakanlah mendapat pembantu muslimah yang baik
dan usahakan tidak bersama anak kecuali sebentar saja dalam keadaan terpaksa.
• Pendidik menampakkan kelemahannya dalam mendidik
anak. Ini banyak tejadi pada ibu-ibu dan kadangkala terjadi pada bapak-bapak.
Kita dapatkan, misalnya, seorang ibu berkata: "Anak ini mengesalkan. Aku
tidak sanggup. Tak tahu, apa yang kuperbuat dengannya. Padahal anak
mendengarkan ucapan ini maka ia pun merasa bangga dapat mengganggu ibunya dan
membandel karena dapat menunjukkan keberadaannya dengan cara itu.
• Berlebihan dalam memberi hukuman dan balasan.
Hukuman: Hukuman adalah sesuatu yang disyariatkan dan termasuk salah satu
sarana pendidikan yang berhasil yang sesekali mungkin diperlukan pendidik.
Namun ada yang sangat berlebihan dalam menggunakan sarana ini, sehingga membuat
sarana itu berbahaya dan berakibat yang sebaliknya. Seperti kita mendengar ada
orangtua yang menahan anaknya beberapa jam di kamar yang gelap jika melakukan
kesalahan; ada juga yang mengikat anaknya jika berbuat sesuatu hal yang
mengganggunya. Hukuman bertingkat-tingkat, mulai dari pandangan yang mempunyai
arti hingga hukuman berupa pukulan. Pendidik mungkin perlu menggunakan hukuman
yang lebih dari pada sekedar pandangan yang memojokkan atau kata-kata celaan
bahkan mungkin terpaksa menggunakan hukuman berupa pukulan; namun ini merupakan
penyelesaian akhir, tidak diperlukan kecuali jika tidak ada cara lain. Ada
beberapa kaidah dalam penggunaan hukuman berupa pukulan antara lain:
o Tidak dipergunakan
)rukuman ini kecuali jika tidak ada cara laIn lagi.
o Pendidik tidak
balehmemukul ketika dalam keadaan marah sekali, karena dikhawatirkan akan
membahayakan anak.
o Tidak memukul pads
bagian-bagian yang menyakitkan, seperti: wajah, kepala dan dada.
o Pukulan pada
tahap-tahap pertama hukuman tidak keras dan tidak menyakitkan serta tidak boleh
lebih dari tiga kali pukulan, kecuali bila terpaksa dan tidak melebihi sepuluh
kali pukulan.
o Tidak boleh dipukul
anak yang berumur di bawah sepuluh tahun.
o Jika kesalahan anak baru pertama kali ia diberi kesempatan bertobat
dan minta maaf atas perbuatannya. Juga dibuat supaya ada penengah yang
kelihatannya mengusahakan pemaafan baginya setelah berjanji tidak mengulangi.
o Hendaklah pendidik sendiri yangmemukul anak, tidak menyerahkannya
kepada salah satu saudara atau temannya karena ini dapat menimbulkan kebarian
dan kedengkiannya terhadap anak lain yang ikut menghukumnya.
o Jika anak menginjak usia dewasa dan pendidik berpendapat bahwa sepuluh kali pukulan tidak cukupmembuat jera anak, maka pendidik boleh menambahnya.
• Berusaha mengekang anak secara berlebihan. Yaitu
tidak diberi kesempatan bermain bercanda dan bergerak ini bertentangan dengan
tabiat anak dan bisa membahayakan kesehatannya, karena permainan penting bagi
pertumbuhan anak dengan baik. "Permainan di tempat yang bebas dan luas
termasuk faktor terpenting yang membantu pertumbuhan jasmani anak dan menjaga
kesehatannya" Maka orangtua seyogianya tidak mencegah anak-anak yang
sedang asyik bermain pasir ketika wisata ke tepi pantai atau di tengah padang
pasir. Karena itu merupakan waktu bersenang-senang dan bermain, bukan waktu
berdisiplin. Tidak ada waktu kebebasan bergerak bagi anak-anak kecuali dalam
kesempatan wisata yang bebas seperti ini. Maka sekali-kali mereka harus dibiarkan.
• Mendidik anak tidak percaya diri dan merendahkan pribadinya. Sayang ini banyak tejadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya pada kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh menjadi penakut lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan setelah dawasa. Karena itu, seyogianya kita mempersiapkan anak-anak kita untuk dapat mekksanakan tugas-tugas dien dan dunia. Dan hal ini tidak tercapai kecuali dengan mendidik mereka memiliki rasa percaya dan harga diri namun tidak sombong dan takabur; serta senantiasa mengupayakan agar anak dikenalkan kepada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah. Sebagai contoh: Pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik terjadi kekeringan di daerah Badui maka berdatanganlah penduduk berbagai suku kepada Hisyam dan berkunjung kepadanya. Di antara mereka terdapat Dirwas bin Habib, usianya baru 14 tahun. Mereka pun bertahan diri dan membuat Hisyam takut. Berkatalah Hisyam kepada penjaganya: "Siapapun dibiarkan menghadap kepadaku, bahkan hingga anak-anak?". Dirwas menyadari bahwa dirinya yang dimaksud, maka iaberkata:"Ya Amirul Mu'minin! Sungguh kunjunganku tidak bemtaksud merendahkan baginda sedikitpun tapi untuk memberikan kehormatan bagiku. Dan orang-orang ini datang untuk suatu keperluan yang membuat mereka bertahan karenanya. Ucapan adalah pengungkapan dan diam adalah penyembunyian. Ucapan tidak dapat dikenal kecuali dengan diungkapkan" Merasa kagum dengan ucapannya lalu berkatalah Hisyam: "Bagus, ungkapkanlah!" Kata Dirwas: "Ya Amirul Mu'minin! Kami telah ditimpa tiga kali paceklik: pertama, mencairkan lemak; kedua, memakan daging: dan ketiga, mengeluarkan sumsum tulang. Sedang di tangan baginda ada kelebihan harta kekayaan. Jika itu milik Allah bagikanlah kepada hamba-hamba Allah yang berhak. Tetapi jika milik hamba-hamba Allah, maka kenapa baginda tahan? Dan jika hak milik baginda maka sedekahkanlah kepada mereka, karena sesungguhnya Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang bersedekah dan tidak melalaikan balasan orang-orang yang berbuat baik. Ketahuilah, Amirul Mu'minin! Kedudukan pemimpin dari rakyat ibarat ruh pada jasad, tidak ada kehidupan bagi jasad kecuali dengannya." Kata Hisyam: "Anak ini tidak memberi sedikitpun alasan dalam salah satu dari ketiga hal tersebut." Kemudian ia perintahkan untuk membagikan kepada orang-orang Badui 100.000 dirham dan kepada Dirwas 100.000 dirham. Maka Dirwas berkata: "Ya AmirulMu'minin! Berikanlah sejumlah uang ini kembali kepada orang-orang Baduiku, karena aku tak mau jikap pemberian yang telah diperintahkan Amirul Mu'minin tadi tidak dapat memenuhi hajat mereka." Hisyam bertanya: "Mengapa kamu tidak menyebutkan hajat pribadimu?" Jawabnya: "Aku tidak punya hajat selain hajat semua kaum Muslimin." Perhatikan rasa percaya anak muda ini pada dirinya dan keberaniannya dalam kebenaran.
Penutup
Firman Allah Ta'ala: "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ….(Al Mu'min: 60)
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku….." (Al-Baqarah : 186).
Diriwayatkan dari An Nu'man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi bersabda: "Do'a adalah ibadah" Doa mempunyai peranan yang penting sekali dalam pendidikan anak, bahkan dalam seluruh urusan kehidupan, dan hanya Allah'Azza wa Jalla yang memberikan taufik dan hidayah. Seorang muslim mungkin telah berusaha maksimal dalam upaya mendidik anaknya agar menjadi orang shaleh tetapi tidak berhasil. Sebaliknya, ada anak yang menjadi orang shaleh sekalipun terdidik di tengah lingkungan yang menyimpang dan jelek; bahkan mungkin dibesarkan tanpa mendapat perhatian pendidikan dari kedua orangtua, jadi petunjuk itu semata-mata dari Allah. Dialah yang berfirman: "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya…" (Al-Qashash : 56). Maka kita semua tidak boleh melupakan aspek ini dan wajib memohon dan berdo'a kepada Allah semoga berkenan menjadikan kita dan anak keturunan kita orang-orang yang shaleh, hanya Dialah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Post a Comment
Post a Comment